ANGON BOCAH #2
NGGAMBARI DHALAN
Tahun ke-2 2015, Pemuda Harapan
Pemudi Demakan Lama dengan semangat pantang surut dipertanggung jawabkan lewat
konsistensi dalam merawat tradisi, seni dan budaya melalui gelaran tahunan ANGON BOCAH.
Angon Bocah #2 dengan tema "Nggambari Dhalan" kembali digelar
di tempat yang sama dengan konsep yang semakin menarik. Bercermin dari Angon
Bocah #1 tentang Sekaten, Angon Bocah #2 menambahkan Pasar Wutah dan Kumpul Manuk
sebagai gambaran kilas balik Pasar Beringharjo dan Pasar Ngasem saat itu. Selain
tetap dengan memperkenalkan dolanan dan permainan tradisional, daya ledak
imajinasi yang tidak bisa diterka-terka serta kejujuran anak-anak dalam
menumpahkan imajinasinya, membuat kami terpikir untuk mengerucutkan kreatifitas
anak-anak dengan menggambar dengan konsep yang unik, yaitu menggambar dengan
media aspal jalan dengan kapur warna.
Angon Bocah #2 juga menjadi wadah
keterlibatan para pemuda dan orang tua dalam cakupan yang lebih luas. Kumpul
Manuk, mampu menjadi sarana bagi pemuda dan orang tua pecinta kicau burung
untuk memamerkan peliharaannya, menikmati riuh kicaunya sembari menyesap kopi,
ngobrol ngalor ngidul untuk menuju hakekat "srawung" yang
sebenarnya. Pemandangan yang begitu
indah, masyarakat dapat berbaur dengan melepas segala atribut “kelas” dan “perbedaan”,
bagaimana keberagaman adalah keindahan yang akhir-akhir ini justru Indonesia
benar-benar sedang di uji tentang ke-Bhinekaannya.
Angon Bocah #2 juga mencoba
menggerakkan sendi perekonomian warga dengan belajar berdagang melalui Pasar
Wutah. Tidak dapat dipungkiri pembangunan tatanan kota serta pertumbuhan
supermarket, hotel dan mall megah tanpa tedeng aling-aling menjadikan Pasar
Tradisional serupa warisan yang terpinggirkan. Sejatinya kehidupan dan
ekosistem adalah tentang keseimbangan, merangsek maju tanpa meninggalkan yang
sudah jauh lampau ada, yakni warisan tradisi dan budaya. Pasar Wutah dikemas
dengan konsep yang sangat menarik, berkaca pada pasar beringharjo berpuluh
tahun yang lalu, sederhana dengan cita rasa Yogyakarta yang apa adanya namun
tetap selalu istimewa
Kecintaan kami terhadap anak-anak
tertumpah lewat Angon Bocah, banyak harap dan asa yang kami titipkan pada riang
tawa dan tutur lugu mereka. Bocah di masa depan yang dekat adalah roda
penggerak terhadap sebuah perbuhan zaman, penerus estafet dari apa yang pernah
kami cita-citakan, bangun dan bahkan kami rubuhkan sendiri, arahan adalah hal
yang maha penting tercurah lewat tindakan serta pengenalan-pengenalan terhadap
budaya dan tradisi agar tidak hanya menjadi pitutur sejarah, bahkan luntur
seiring bergesernya gaya hidup dan peradaban.
Salam budaya.
-Pemuda Harapan Pemudi-
0 komentar:
Posting Komentar