Minggu, 28 Mei 2017

Angon Bocah #2 Nggambari Dalan

ANGON BOCAH #2 NGGAMBARI DHALAN
Tahun ke-2 2015, Pemuda Harapan Pemudi Demakan Lama dengan semangat pantang surut dipertanggung jawabkan lewat konsistensi dalam merawat tradisi, seni dan budaya melalui gelaran tahunan ANGON BOCAH.
Angon Bocah #2 dengan tema "Nggambari Dhalan" kembali digelar di tempat yang sama dengan konsep yang semakin menarik. Bercermin dari Angon Bocah #1 tentang Sekaten, Angon Bocah #2 menambahkan Pasar Wutah dan Kumpul Manuk sebagai gambaran kilas balik Pasar Beringharjo dan Pasar Ngasem saat itu. Selain tetap dengan memperkenalkan dolanan dan permainan tradisional, daya ledak imajinasi yang tidak bisa diterka-terka serta kejujuran anak-anak dalam menumpahkan imajinasinya, membuat kami terpikir untuk mengerucutkan kreatifitas anak-anak dengan menggambar dengan konsep yang unik, yaitu menggambar dengan media aspal jalan dengan kapur warna.
Angon Bocah #2 juga menjadi wadah keterlibatan para pemuda dan orang tua dalam cakupan yang lebih luas. Kumpul Manuk, mampu menjadi sarana bagi pemuda dan orang tua pecinta kicau burung untuk memamerkan peliharaannya, menikmati riuh kicaunya sembari menyesap kopi, ngobrol ngalor ngidul untuk menuju hakekat "srawung" yang sebenarnya.  Pemandangan yang begitu indah, masyarakat dapat berbaur dengan melepas segala atribut “kelas” dan “perbedaan”, bagaimana keberagaman adalah keindahan yang akhir-akhir ini justru Indonesia benar-benar sedang di uji tentang ke-Bhinekaannya.
Angon Bocah #2 juga mencoba menggerakkan sendi perekonomian warga dengan belajar berdagang melalui Pasar Wutah. Tidak dapat dipungkiri pembangunan tatanan kota serta pertumbuhan supermarket, hotel dan mall megah tanpa tedeng aling-aling menjadikan Pasar Tradisional serupa warisan yang terpinggirkan. Sejatinya kehidupan dan ekosistem adalah tentang keseimbangan, merangsek maju tanpa meninggalkan yang sudah jauh lampau ada, yakni warisan tradisi dan budaya. Pasar Wutah dikemas dengan konsep yang sangat menarik, berkaca pada pasar beringharjo berpuluh tahun yang lalu, sederhana dengan cita rasa Yogyakarta yang apa adanya namun tetap selalu istimewa
Kecintaan kami terhadap anak-anak tertumpah lewat Angon Bocah, banyak harap dan asa yang kami titipkan pada riang tawa dan tutur lugu mereka. Bocah di masa depan yang dekat adalah roda penggerak terhadap sebuah perbuhan zaman, penerus estafet dari apa yang pernah kami cita-citakan, bangun dan bahkan kami rubuhkan sendiri, arahan adalah hal yang maha penting tercurah lewat tindakan serta pengenalan-pengenalan terhadap budaya dan tradisi agar tidak hanya menjadi pitutur sejarah, bahkan luntur seiring bergesernya gaya hidup dan peradaban.

Salam budaya.
-Pemuda Harapan Pemudi-











0 komentar:

Posting Komentar