ANGON BOCAH #1
DOLANAN
Tahun 2014 adalah tahun dimana
gejolak politik memuncak hebat, beranak pinak menjadi kebencian saling sikut
dan menjatuhkan lawan, serta bagaimana orang-orang jualan citra begitu masiv di
layar televisi.
Tanpa memandang remeh bergulirnya
hingar bingar pesta demokrasi, di anggunya sebuah kota Yogyakarta nyaman dan
lestari, yang menjunjung tinggi nilai-nilai sarat tradisi dan budaya pada sudut
kota yang nyaris urban, sebuah kampung pinggiran Demakan Lama Tegalrejo
Yogyakarta sedang mengemban hajad nguri-uri kabudayan.
Sejak desak keresahan kemajuan
zaman mengendap di kepala anak muda, bahkan hingga lumutan di tempurung keras
kepala mereka, atau sebagian mereka yang meluapkan lewat umpatan pada
dinding-dinding facebook tanpa tindakkan dan aksi yang nyata, masih ada
beberapa orang dengan ide dan gagasan kreatif mencoba merespon tantangan zaman
tersebut. Kemajuan zaman yang seperti deru kereta yang tidak bisa dihardik
pergi, ia akan tetap melaju menyusuri rel-rel liuk-liuk kehidupan dari bulan ke
tahun dari waktu ke waktu. Angon Bocah hadir sebagai penawar dan tindakkan
nyata serta penyeimbang dari bujuk negatif kemajauan zaman saat ini.
Adalah Pemuda Harapan Pemudi
Demakan Lama, melalui gelaran Angon Bocah seri perdana dengan tajuk DOLANAN, mencoba memperkenalkan
kembali, serta memberi edukasi terhadap anak-anak tentang nilai-nilai luhur
seni, tradisi, dan budaya.
Di Jl.Wiratama Demakan Lama
Tegalrejo Yogyakarta, Angon Bocah #1 dihelat dengan konsep serupa Sekaten.
Serangakaian acara yang ditandai dengan arak-arakan budaya, lalu anak-anak
berbaur di sepanjang jalan dengan suguhan panggung, pertunjukkan dan kesenian,
tak luput dengan berbagai dolanan dan permainan tradisional yang mungkin tak
akan kita temui di penggalan kisah-kisah sinetron atau acara musik pagi di
layar tv.
Angon Bocah mencoba
memperkenalkan kepada anak-anak tentang romantisme masa lampau kami saat itu,
seperti bermain egrang menyusuri sudut-sudut jalanan kampung atau bermain yeye
karet di terik siang sepulang kami sekolah, dan masih banyak lagi yang kami
bagi dan wariskan kepada mereka.
Kami juga meperkenalkan kepada
anak-anak bermacam banyak seni tradisional pada Angon Bocah saat itu, salah
duanya seperti Geguritan dan Gejog Lesung yang mungkin kedengarannya cukup aneh
di indera dengar mereka, wajar saja. Arus lelagu yang tidak dapat di saring
lagi, jangan terkaget jika adik-adikmu dapat melafalkan lagu-lagu cinta mendayu
dan patah hati, dan banyak hal yang belum masanya untuk mereka dengar dan
lafalkan.
-Pemuda Harapan Pemudi-
0 komentar:
Posting Komentar