Minggu, 28 Mei 2017

Angon Bocah #1 Dolanan

ANGON BOCAH #1 DOLANAN
Tahun 2014 adalah tahun dimana gejolak politik memuncak hebat, beranak pinak menjadi kebencian saling sikut dan menjatuhkan lawan, serta bagaimana orang-orang jualan citra begitu masiv di layar televisi.
Tanpa memandang remeh bergulirnya hingar bingar pesta demokrasi, di anggunya sebuah kota Yogyakarta nyaman dan lestari, yang menjunjung tinggi nilai-nilai sarat tradisi dan budaya pada sudut kota yang nyaris urban, sebuah kampung pinggiran Demakan Lama Tegalrejo Yogyakarta sedang mengemban hajad nguri-uri kabudayan.
Sejak desak keresahan kemajuan zaman mengendap di kepala anak muda, bahkan hingga lumutan di tempurung keras kepala mereka, atau sebagian mereka yang meluapkan lewat umpatan pada dinding-dinding facebook tanpa tindakkan dan aksi yang nyata, masih ada beberapa orang dengan ide dan gagasan kreatif mencoba merespon tantangan zaman tersebut. Kemajuan zaman yang seperti deru kereta yang tidak bisa dihardik pergi, ia akan tetap melaju menyusuri rel-rel liuk-liuk kehidupan dari bulan ke tahun dari waktu ke waktu. Angon Bocah hadir sebagai penawar dan tindakkan nyata serta penyeimbang dari bujuk negatif kemajauan zaman saat ini.
Adalah Pemuda Harapan Pemudi Demakan Lama, melalui gelaran Angon Bocah seri perdana dengan tajuk DOLANAN, mencoba memperkenalkan kembali, serta memberi edukasi terhadap anak-anak tentang nilai-nilai luhur seni, tradisi, dan budaya.
Di Jl.Wiratama Demakan Lama Tegalrejo Yogyakarta, Angon Bocah #1 dihelat dengan konsep serupa Sekaten. Serangakaian acara yang ditandai dengan arak-arakan budaya, lalu anak-anak berbaur di sepanjang jalan dengan suguhan panggung, pertunjukkan dan kesenian, tak luput dengan berbagai dolanan dan permainan tradisional yang mungkin tak akan kita temui di penggalan kisah-kisah sinetron atau acara musik pagi di layar tv.
Angon Bocah mencoba memperkenalkan kepada anak-anak tentang romantisme masa lampau kami saat itu, seperti bermain egrang menyusuri sudut-sudut jalanan kampung atau bermain yeye karet di terik siang sepulang kami sekolah, dan masih banyak lagi yang kami bagi dan wariskan kepada mereka.
Kami juga meperkenalkan kepada anak-anak bermacam banyak seni tradisional pada Angon Bocah saat itu, salah duanya seperti Geguritan dan Gejog Lesung yang mungkin kedengarannya cukup aneh di indera dengar mereka, wajar saja. Arus lelagu yang tidak dapat di saring lagi, jangan terkaget jika adik-adikmu dapat melafalkan lagu-lagu cinta mendayu dan patah hati, dan banyak hal yang belum masanya untuk mereka dengar dan lafalkan.

-Pemuda Harapan Pemudi-





0 komentar:

Posting Komentar